Translate

Selasa, 23 Agustus 2011

Hipnoterapi: Hipnosis dalam Praksis

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG
(STF-SP)

HIPNOTERAPI:
HIPNOSIS DALAM PRAKSIS
(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Psikologi)

Dosen Pembimbing:
Petrus Suroto, SS. MA


Oleh:

TOAR WORANG

Program Studi Filsafat
Semester I

Pineleng
2010



PENDAHULUAN
Hipnoterapi merupakan istilah yang tak asing lagi dalam dunia psikologi. Dalam perkembangan ilmu psikologi pada masa kontemporer ini hipnoterapi menjadi sebuah metode terapi yang populer dipakai oleh para psikoterapis karena caranya yang khas dan mengundang rasa ingin tahu. Hipnoterapi telah dikenal hampir di seluruh dunia dan telah terbukti membantu manusia mengatasi berbagai gangguan psikis dalam waktu yang relatif singkat dengan tidak memberikan efek samping. Penelitian dan pengembangan terus dilakukan dalam memaksimalkan fungsi hipnoterapi sebagai sarana yang ampuh untuk membantu kehidupan manusia ke arah yang lebih baik.

BAB I.  HIPNOSIS: SEBUAH PENGANTAR HIPNOTERAPI
1.1  Apa itu Hipnosis
Kata hipnosis diambil dari istilah neuro-hypnotism, yang berarti “tidur saraf”. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh James Braid (1745-1860), seorang ahli bedah berkebangsaan Skotlandia, dalam bukunya yang berjudul Neurypnology: The Rationale of Nervous Sleep (1843). Ia mengadopsinya dari nama Hypnos, dewa tidur dalam mitologi Yunani. Istilah ini menjadi begitu populer dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi trans ketika perhatian seseorang menjadi terpusat disebabkan kekuatan sugesti – meskipun pada perkembangan selanjutnya Braid menggantinya dengan istilah monodeaism yang dianggap lebih tepat karena kondisi trans yang ia maksudkan tidaklah sama dengan kondisi tidur.
Menurut tinjauan leksikal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 501), hipnosis berarti keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia, Ensiklopedi Bebas, hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran di mana fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/ unconscious), di mana tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup.[1] Jadi singkatnya, hipnosis merupakan kondisi ketika seseorang merasa rileks, fokus, dan konsentrasi; kondisi mirip tidur, ketika pikiran seseorang berada dalam alam bawah sadar sehingga ia cenderung lebih “sugestif” dan pancainderanya menjadi jauh lebih aktif.

1.2 Hipnosis dalam Sejarah[2]
Jauh sebelum istilah hipnosis diperkenalkan oleh James Braid, ternyata praktek-praktek yang menerapkan metode-metode dalam hipnosis telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Dokumen tertulis pertama yang mencatat kegiatan-kegiatan dengan unsur hipnosis ialah Papirus Ebers yang berusia 3000 tahun. Dokumen yang ditemukan di Mesir pada abad-19 ini menjelaskan teknik-teknik dalam mekanisme kerja hipnosis yang digunakan dalam ritual pengobatan para pendeta Mesir di kuil-kuil. Praktek serupa juga ditemukan di Yunani sekitar tahun 500 SM dan di China sekitar tahun 2600 SM. Dapat dilihat bahwa pada awal perkembangannya, hipnosis diterapkan dalam dua bentuk yang berkaitan dengan ritual keagamaan yakni pengulangan ritmik (rhytmical repetition) dan tarian ritual (frantic dancing).[3]
Pada abad pertengahan, di Eropa khususnya di Inggris dan Perancis praktek-praktek semacam itu dikenal sebagai ”sentuhan bangsawan” (royal touch), dan dipraktekkan antara lain oleh Edward the Confessor (1066), para raja di Perancis, dan kemudian pada abad ke-18 oleh Paraselsus. Sejak renaissance, mulailah dicari rasionalisasi hipnosis di mana orang-orang mulai mencari pendasaran ilmiah bagi praktek hipnosis. Franz Anton Mezmer (1734-1815) merupakan orang pertama yang secara serius melakukan penelitian dalam bidang ini. Ia mengungkapkan bahwa magnet dapat menyembuhkan segala penyakit. Teorinya tersebut bertahan hingga sebuah penelitian yang diadakan oleh Raja Perancis Louis XVI pada tahun 1784 lewat tim bentukan French Academy of Medicine, The Franklin’s Commision, membuktikan kekeliruan teorinya. Meski demikian, teori Mezmer terus-menerus diujicoba dan menjadi bahan diskusi.
Berbagai penelitian terus berkembang, di antaranya oleh Marquis de Puysegur (1781-1825) yang menemukan bahwa orang yang dipengaruhi magnet tidak dapat membuka matanya, tertidur namun berbicara secara kurang jelas dan bertingkah seolah-olah sadar. Nampak bahwa penelitian-penelitian selanjutnya mulai mengarah kepada fokus terhadap kondisi trans dalam hipnosis. Penelitian dan berbagai penemuan baru juga dihasilkan oleh ahli-ahli di antaranya Abbe Foria (1786-1819), Johann Joseph Gassner (1727-1779), Joseph Philippe Francois Deleuze (1753-1835), John Elliotson (1791-1868) dan James Esdaille (1808-1859). Setelah James Braid memperkenalkan istilah hipnosis, penelitian ilmiah mengenai fenomena hipnosis berkembang semakin pesat. Muncul tokoh-tokoh di antaranya Jean Martin Chercot (1825-1893), Ambroise Auguste Liebeault (1823-1904), Hippolyte Bernheim (1840-1919), Pierre Marie Felix Janet (1859-1947) dan Sigmund Freud (1856-1939). Pesatnya perkembangan penelitian terhadap hipnosis ditandai pula dengan mulai dibukanya sekolah hipnosis di Perancis.
Pada abad ke-20 teori-teori hipnosis semakin disempurnakan. Para tokoh yang berpengaruh antara lain Emile Coue (1857-1926), Clark Leonard Hull (1884-1942), L. Davis dan R. Husband, dan Dave Elman (1900-1967). Hipnosis terbukti memiliki manfaat yang besar dan diakui dalam ilmu pengobatan dan penyembuhan terutama ketika penanganan traumatik para korban Perang Dunia I dan II. Menjelang abad-21, turut pula beberapa tokoh yang berperan dalam perkembangan hipnosis, antara lain Harry Arons, Milton Hyland Erickson (1901-1980) dan Ormond McGill (1913-2005). Kini hipnosis telah mendapat tempat yang penting dalam ilmu kedokteran modern. Mata kuliah hipnosis telah diberikan kepada beberapa fakultas kedokteran dan kedokteran gigi. Sementara itu, Universitas Pepperdine di California telah memiliki jurusan khusus hipnosis.

BAB II.  HIPNOTERAPI SEBAGAI TERAPI HIPNOSIS
2.1. Fenomena Hipnosis
Pikiran manusia mempunyai dua fungsi yang berbeda. Pikiran sadar, berfungsi untuk mengolah informasi yang diperoleh dari pancaindera, menganalisa dengan membandingkan memori, kemudian memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap informasi tersebut. Dalam hal ini, pikiran sadar dapat dikendalikan dengan sengaja. Pikiran bawah sadar, berfungsi untuk menyimpan memori permanen, memproses kebiasaan, intuisi, kepribadian, perasaan, kreativitas dan keyakinan (believe). Pikiran ini berfungsi secara otomatis, tanpa disadari dan tak dapat dikendalikan.
Kondisi hipnosis sebenarnya merupakan kondisi ketika kesadaran manusia berpindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar. Kondisi ini berbeda dengan kondisi ketika orang tertidur atau pingsan. Dalam kondisi tidur, pingsan atau koma, seseorang sama sekali tidak menyadari dirinya dan lingkungan sekitarnya, sedangkan dalam kondisi hipnosis seseorang dapat merasakan kesadarannya. Yang menarik ialah, dalam kondisi ini seseorang tidak mampu lagi mengolah pikirannya secara lebih detail, menerima informasi begitu saja tanpa dipikirkan dan dianalisis. Ia berada dalam keadaan aram-temaran, remang-remang, setengah sadar dan pancaideranya menjadi jauh lebih aktif daripada kondisi normal.[4] Kondisi inilah yang disebut dengan kondisi trans hipnosis (hypnotic trance) atau level sugestif dalam (deep hypnosis).
Hipnosis merupakan kondisi yang sangat umum terjadi. Dilihat dari gejalanya, hipnosis bisa dialami setiap orang secara alamiah dan tanpa disadari. Ketika seseorang mulai terfokus pada perhatiannya, pikirannya mengalami rileksasi diikuti dengan rileksasi tubuh, serta kemampuan dan refleks pancaindera dan aktivitas fisiknya meningkat, pada saat itulah seseorang mulai berada dalam kondisi hipnosis. Kondisi hipnosis biasanya dialami ketika seseorang memasuki tidur, melamun dan terbawa oleh alam lamunannya, atau ketika meditasi, berdoa, membaca, mendengarkan musik, seminar atau ceramah, dan pada saat mendengarkan keterangan penjual yang menawarkan produk atau jasanya.[5]

2.2 Kedudukan Hipnosis dalam Hipnoterapi
Dalam perkembangannya yang dinamis, hipnosis semakin diterima dan mendapat tempat dalam ilmu pengetahuan modern, khususnya dalam dunia medis. Pemanfaatannya dalam bidang pengobatan dan olahraga terbukti mampu mengubah mekanisme otak manusia dalam cara berpikir yang baru demi mencapai perubahan cara pandang dan tingkah laku. Dalam ilmu psikologi sendiri, hipnosis digunakan untuk tujuan perbaikan (therapeutic) dan lebih dikenal dengan sebutan hipnoterapi.
Hipnoterapi adalah suatu kegiatan psikoterapi yang mempergunakan kondisi hipnosis sebagai bagian dari proses penyembuhan dalam upaya membuka kejadian di masa lampau karena diperkirakan berpengaruh terhadap masa kini. Penggunan hipnosis pada masa kini lebih diarahkan terutama untuk keperluan medis dan psikologis dengan tujuan membantu mengatasi rasa sakit atau mengatasi masalah gangguan yang dialami. Hipnosis memiliki perinsip dasar menggunakan proses induksi terhadap kondisi kesadaran hipnotik seseorang. Tujuan inilah yang mendasari penerapan hipnosis dalam psikoterapi, yakni untuk mengembangkan iklim psikologis yang tepat bagi seseorang untuk memulai proses perubahan, dan untuk memperoleh kesepakatan demi mempertahankan kemajuan dalam hidup sehari-hari.[6] Hipnoterapi kini menjadi salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.[7]

2.2.1 Manfaat
Hipnoterapi membantu mengatasi berbagai masalah psikologis menyangkut kecemasan, ketegangan, depresi ataupun phobia. Dalam perkembangan selanjutnya, hipnoterapi digunakan juga untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok, makan berlebihan dan menggigiti kuku, memaksimalkan potensi diri, menyembuhkan luka emosional, meningkatkan kesehatan fisik, serta mengontrol pola hidup.[8] Karena pengaruhnya yang besar terhadap emosi dan perilaku, hipnoterapi sangat berguna dalam mempercepat pemulihan kondisi penderita penyakit-penyakit berat dan serius seperti kanker dan serangan jantung. Dalam mengatasi masalah phobia, hipnoterapi membantu seseorang mencapai ketenangan dan menciptakan kondisi rileks dengan meminimalisir kecemasan serta mengambil alih kontrol seseorang atas dirinya. Hipnoterapi dapat digunakan untuk membangkitkan kembali kenangan masa lampau yang telah hilang dan mengobati trauma-trauma yang ada dengan mengubah fokus perhatian seseorang. Dalam bidang pembelajaran, hipnoterapi digunakan untuk mengoptimalkan cara belajar. Hipnoterapi membantu meningkatkan daya ingat, kreatifitas, fokus, menghancurkan ”mental block”, membangkitkan rasa percaya diri, dan lain-lain.
Penerapan hipnoterapi dapat lebih optimal ketika digabungkan dengan teknik-teknik terapi lainnya misalnya NLP (Neuro Linguistic Programming) dan EFT (Emotional Freedom Techniques).

2.2.2 Metode dan Cara Kerja
Penelitian-penelitian ilmiah terhadap hipnoterapi menunjukkan bagaimana cara kerjanya. Pada dasarnya, hipnoterapi memicu keluarnya zat kimia yang terdapat dalam otak, yakni neurotransmiter, serta encephalin dan endorphin yang berfungsi meningkatkan mood dan mengubah reaksi seseorang terhadap penyakit dan gejala fisik lainnya. Secara umum, perinsip kerja hipnoterapi ialah membawa seseorang ke dalam kondisi trans hipnosis dengan memberikan sugesti-sugesti tertentu. Tingkat keberhasilannya dipengaruhi faktor kondisi psikologis seseorang, tingkat keaktifan berpikir, suasana dan kondisi lingkungan, waktu, keterampilan seorang hipnoterapis, serta tingkat kepercayaan terhadapnya.
Proses hipnosis memerlukan tahapan-tahapan tertentu.[9] Pertama, tahap pre-induction yakni tahap persiapan di mana hipnoterapis membangun hubungan yang akrab dengan kliennya. Dalam tahap hipnoterapis perlahan-lahan mendekati klien melalui percakapan dengan maksud untuk mencari informasi mengenai klien; pengetahuan klien tentang hipnosis, kebiasaan-kebiasaannya, dan lain sebagainya. Hipnoterapis berusaha dengan cara tertentu untuk mengajak klien bekerja sama. Metode percakapan ditempuh karena kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi dan sugesti. Dalam hal ini, hipnosis hanya bisa dilakukan apabila terdapat pemahaman bahasa yang sama antara hipnoterapis dan klien.
Kedua, tahap induction. Tahap ini menjadi sedemikian penting dalam proses hipnoterapi karena tahap ini membawa klien untuk masuk ke dalam kesadaran trans hipnosisnya, dari kondisi beta ke theta,[10] sehingga memudahkan hipnoterapis mengambil alih kendali atas pikiran bawah sadar klien. Dalam tahap ini keaktifan gelombang otak klien dikurangi sehingga membuat kondisi klien siap disugesti. Dalam kondisi normal, informasi atau sugesti yang diterima seseorang pertama-tama masuk ke dalam pikiran sadar kemudian diolah dan dianalisis di sana sebelum diteruskan ke dalam pikiran bawah sadar. Bagian dalam pikiran sadar yang berfungsi mencerna informasi disebut critical area (area kritis) atau RAS (Reticular Activating System). Critical area diibaratkan seperti jaring-jaring yang menyaring informasi. Tahap ini bertujuan untuk melonggarkan jaring-jaring tersebut agar informasi tidak lagi dianalisis dan langsung masuk ke dalam daerah ketaksadaran.
Ketiga, tahap pengujian trans hipnosis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat kedalaman trans hipnosis seorang klien sehingga mempermudah hipnoterapis untuk memberikan sugesti yang tepat. Pada tahap ini hipnoterapis memberikan perintah-perintah sederhana yang mudah ditangkap oleh alam bawah sadar klien.
Keempat, tahap suggestion. Tahap ini adalah tahap inti dalam proses hipnoterapi. Dalam tahap ini, hipnoterapis mulai memberikan kalimat-kalimat sugestif langsung ke dalam pikiran bawah sadar klien. Kalimat-kalimat sugestif yang diberikan haruslah bernada positif karena pikiran bawah sadar melindungi diri dari sugesti yang merugikan dan bernada memerintah, sehingga ketika sugesti yang diberikan dianggap merugikan maka pikiran bawah sadar otomatis akan mengaktifkan pikiran sadar dan orang tersebut akan terlepas dari kondisi trans hipnosis.
Kelima, tahap post hypnotic suggestion. Pada tahap ini keberhasilan sugesti yang diberikan dapat dilihat. Sugesti yang berhasil ditanamkan dapat terus berpengaruh meskipun klien tersebut mulai keluar dari kondisi trans atau bahkan berada dalam kondisi normalnya[11]. Hipnoterapis memberikan simbol (bunyi atau tindakan) yang disebut anchor kepada klien, yang mengakibatkan pikiran, emosi dan perilakunya bereaksi sehingga klien tersebut dapat dikendalikan oleh hipnoterapis.
Tahap yang terakhir ialah tahap termination. Tahap ini bertujuan untuk membawa klien perlahan-lahan kembali kepada kondisi normalnya dengan tidak mengalami kejutan psikologis, karena ketika kejutan psikologis terjadi, maka seluruh proses hipnosis akan gagal. Dalam tahap ini kondisi tubuh klien akan dibuat rileks, kemudian dilanjutkan dengan regresi untuk selanjutnya berada sepenuhnya dalam kondisi kesadaran penuh.
Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa praktek hipnoterapi hingga saat ini sama sekali tidak memiliki dampak buruk atau efek samping. Hipnosis tidak dapat membuat orang berada selamanya dalam kondisi hipnosis atau tidak dapat kembali ke kondisi normal, dan lupa ingatan. Pada dasarnya, kondisi normal dapat dicapai kembali meskipun tanpa bantuan hipnoterapis. Hipnosis tidak dapat dipaksakan. Kondisi hipnosis hanya dapat terjadi apabila orang tersebut memang menginginkannya. Hipnoterapis tidak dapat memaksakan sugestinya kepada kliennya jika sugesti itu merugikan, seperti menceritakan rahasia yang tidak ingin diceritakan, dan melukai bagian tubuh, atau menghapus ingatan masa lalu (kecuali itu memang dikehendaki klien).

BAB III.  REFLEKSI DAN KESIMPULAN
Kondisi hipnosis dapat terjadi secara alamiah tanpa disadari, dan dapat pula terjadi dengan bantuan hipnoterapis. Secara alamiah, kondisi hipnosis terjadi ketika kesadaran seseorang dengan tidak disadari perlahan-lahan mulai ditarik ke dalam kondisi trans oleh faktor-faktor eksternal (berupa audio dan visual) yang didukung oleh relaksasi kondisi fisik. Fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari ialah hipnosis jalan raya. Jalan yang monoton, lurus dan panjang, bunyi mesin yang monoton, tidak adanya gangguan di sekitar, dan penglihatan yang mengarah pada garis putih panjang yang tidak putus-putus di jalan sebagai sebuah titik fiksasi visual dapat membangkitkan keadaan trans hipnosis. Fenomena ini didukung oleh penelitian Profesor John Gruziler, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, yang menunjukkan bahwa ketika otak kanan mengambil kendali otak sepenuhnya – sementara otak kiri dinonaktifkan – dan membuatnya fokus terhadap sesuatu menggunakan suara yang monoton dan datar, maka seseorang dapat masuk ke dalam kondisi trans tersebut.[12] Hal ini pulalah yang menjadi salah satu penjelasan mengapa seseorang bisa berada dalam kondisi trans hipnosis ketika mendengar ceramah atau khotbah yang monoton, atau juga ketika mendengar pelajaran di kelas dengan gaya bicara dosen yang monoton – atau meskipun gaya bicaranya berubah-ubah, tapi memiliki dinamika yang tetap dan berulang dalam waktu yang relatif lama. Dalam pengertian ini orang tersebut berada dalam kondisi menyerupai tidur namun tidak kehilangan kesadarannya. Ia masih bisa mengenali lingkungannya dan pancainderanya tetap aktif.
Teknik-teknik hipnosis telah berkembang selama ribuan tahun dan secara umum digunakan untuk pengobatan. Dewasa ini teknik-teknik hipnosis diambil alih oleh ilmu psikologi dengan fokus utama bukan lagi pada penyembuhan fisik secara langsung namun pada penyembuhan psikis seseorang yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada aspek fisik dan perilakunya. Inilah yang kemudian disebut hipnoterapi. Metode dan langkah-langkah dalam hipnoterapi dianggap sejalan dengan perinsip dasar hipnosis yang menggunakan proses induksi terhadap kondisi kesadaran hipnotik seseorang, tapi dengan tujuan untuk membantu menciptakan perubahan positif dalam diri seseorang. Dari sekian banyak teknik, yang paling berkembang ialah teknik hipnosis diri (self-hypnosis). Selain tidak menimbulkan efek samping, teknik ini juga memberi banyak keuntungan. Proses hipnosis bisa dilakukan sendiri dengan cara yang mudah dan praktis tanpa bantuan orang lain. Perinsip dasarnya sama dengan tahap-tahap hipnosis pada umumnya. Teknik ini tidak membutuhkan keterampilan khusus, biaya yang mahal atau waktu yang lama. Prakteknya pun sederhana dan bisa diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari, seperti menyapu, mencuci, memasak, mengendarai mobil, mandi, dan sebagainya.

PENUTUP
Terapi menggunakan hipnosis, atau lebih dikenal dengan nama hipnoterapi, telah berkembang pesat dan kini dijadikan oleh psikologi sebagai salah satu cabang ilmunya. Melalui metode-metodenya yang memungkinkan kekuatan pikiran bawah sadar dapat diakses dengan mudah, seseorang dituntun untuk melakukan perubahan positif dalam hidupnya. Dengan terapi ini, perubahan yang terjadi diandaikan permanen dan tidak hanya sementara saja, serta mendasar dan menyentuh masalah-masalah sentralnya. Demikianlah, hipnosis dimanfaatkan bukan semata-mata demi mencari keuntungan seperti dalam pertunjukan-pertunjukan hipnosis (stage hypnosis) atau terbatas pada pengobatan secara fisik saja melainkan terutama dalam kesembuhan psikis serta mental manusia yang juga turut mempengaruhi perkembangan fisik-biologisnya, demi mencapai suatu kehidupan yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA


BUKU-BUKU

Blair, Forbes Robbins, Self-Hypnosis Revolution, Daras Books, Jakarta: 2008.

Buzan, Tony, Head First, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2003.

Oemarjoedi, A. Kasandra, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, Kreativ Media, Jakarta: 2003.

Piaget, Jean, Antara Tindakan dan Pikiran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1988.

Sperling, Abraham Ph.D., Psychology Made Simple, The Chaucer Press, Ltd., London: 1975.

Van Kaan, Adrian Ph.D., The Art of Existential Counseling, Dimension Book, Inc., Wilkes-Barre, Pensylvania: 1966.

Wong, Willy dan Hakim, Andri, Dahsyatnya Hipnotis, Visimedia, Jakarta: 2009.


INTERNET

Hipnoterapi, dalam http://www.hipnoterapi.asia/, 3 November 2010.

Hipnoterapi, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hipnoterapi, 3 November 2010.

Hipnotis: Sebuah Pengantar Hipnoterapi, dalam http://klinis.wordpress.com/2007/08/25/hipnotis-sebuah-pengantar-hipnoterapi/, 3 November 2010.

Mengenal Hipnoterapi, dalam http://www.hipnoterapi.asia/hipnoterapi.htm, 3 November 2010.


[1] Hipnoterapi, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hipnoterapi, 3 November 2010.
[2] Bdk. Wong, Willy dan Hakim, Andri, Dahsyatnya Hipnotis, Visimedia, Jakarta: 2009. hlm. 197-211. 
[3] Bdk. Hipnoterapi, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hipnoterapi, 3 November 2010.
[4] Bdk. Hipnotis: Sebuah Pengantar Hipnoterapi, dalam http://klinis.wordpress.com/2007/08/25/hipnotis-sebuah-pengantar-hipnoterapi/, 3 November 2010.
[5] Bdk. Wong, Willy, Dahsyatnya Hipnotis, hlm. 12.
[6] Oemarjoedi, A. Kasandra, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, Kreativ Media, Jakarta: 2003. hlm. 39.
[7] Bdk. Hipnoterapi, dalam http://www.hipnoterapi.asia/, 3 November 2010.
[8] Bdk. Blair, Forbes Robbins, Self-Hypnosis Revolution, Daras Books, Jakarta: 2008. hlm. 13.
[9] Bdk. Hipnotis: Sebuah Pengantar Hipnoterapi, dalam http://klinis.wordpress.com/2007/08/25/hipnotis-sebuah-pengantar-hipnoterapi/, 3 November 2010.
[10] Otak manusia memiliki berbagai macam gelombang: Beta (14-25 Hz – normal); atensi, kewaspadaan, kesigapan, pemahaman, kondisi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kecemasan, ketidaknyamanan, kondisi lawan/lari; Alpha (8-13 Hz – meditatif); relaksasi, pembelajaran super, fokus relaks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin, kondisi pra-tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar (unconscious); Theta (4-7 Hz – meditatif); tidur bermimpi (tidur REM/Rapid Eye Movement), peningkatan produksi catecholamines (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, hypnogogic imagery, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious); Delta (0,5-3 Hz – tidur dalam); tidur tanpa mimpi, pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang kesadaran pada sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar (unconscious) dan memberikan sensasi yang sangat mendalam ketika diinduksi dengan holosinc. (Hipnoterapi, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hipnoterapi, 3 November 2010.)
[11] Sperling, Abraham Ph.D., Psychology Made Simple, The Chaucer Press, Ltd., London: 1975, hlm. 11.
[12] Bdk. Hipnotis: Sebuah Pengantar Hipnoterapi, dalam http://klinis.wordpress.com/2007/08/25/hipnotis-sebuah-pengantar-hipnoterapi/, 3 November 2010.
 

1 komentar:

  1. Artikel hipnoterapi yang sangat bagus :)

    Hipnoterapi daerah Jakarta dan Tangerang untuk banyak permasalahan pikiran, emosi, prilaku, psikosomatis, dan phisikologi lainnya.
    Hubungi Bpk Arif, Telpon 021-93693294, pinBB 332143BC
    http://sinergy-therapy.blogspot.co.id
    Moga kami dapat membantu Anda.

    BalasHapus